Menguatkan Pendidikan Pesantren melalui Tradisi Literasi

7
Ilustrasi: Suasana Bedah Buku dan Ngaji Literasi di Ponpes Hidayatul Qur'an Kendal.

Oleh: Laeli Zzakiyah
Penulis merupakan mahasiswi STAINU Temanggung, Jawa Tengah

Pendidikan adalah salah satu gagasan untuk terus memajukan bangsa, misalnya di negara Indonesia yaitu pendidikan dilaksanakan diberbagai lembaga. Mungkin negara Indonesia adalah salah satu negara yang unik karena memiliki tiga lembaga pendidikan, yaitu sekolah umum, pendidikan madrasah dan pendidikan pesantren. Adapun pesantren adalah salah satu pendidikan nonformal tertua di Indonesia yang mengajarkan ilmu agama, walaupun pada akhirnya pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama namun juga ilmu umum lainnya.

Pesantren sendiri merupakan salah satu jenis pendidikan islam di Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup dalam sehari-hari (taffaquh fiddin). Pesantren dengan unsur utama nya yaitu kiai, santri, masjid, pondok, dan kitab kuning telah menjadi sub-kultur tersendiri di negeri ini. Oleh karena itu, meskipun adanya modernisasi dan globalisasi, pesantren masih tetap survive hingga sekarang. Secara garis besar pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peranan penting dalam mencerdaskan bangsa sebagai pusat perkembangan islam.

Di dalam pesantren banyak sekali tradisi-tradisi yang diterapkan karena sudah menjadi ciri khas tersendiri dari pesantren.. Dalam dunia pesantren, kebiasaan-kebiasaan unik yang banyak dilakukan oleh santri akan menjadi kebudayaan dan adat istiadat pesantren tersebut. Sebenarnya bukan hanya itu, namun kemajuan zaman yang terus menuntut menjadikan pesantren salah satu lembaga yang memperkuat pendidikan dengan segala tradisi yang ada di pesantren. Tradisi tersebut terlihat dalam metode pembelajaran di pesantren, yaitu tradisi literasi. Banyak yang tidak mempercayai jika pesantren adalah salah satu lembaga pendidiakan yang masih kuat menjaga tradisi literasi, itu bisa dibuktikan sendiri.

Menguatkan Pendidikan Pesantren
Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat menentukan dan berpengaruh terhadap perubahan sosial. Melalui pendidikan diharapkan bisa menghasilkan para generasi penerus yang mempunyai karakter yang kokoh untuk menerima tantangan estafet kepemimpinan bangsa. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan nonformal di Indonesia yang mencetak generasi islam moderat.

Salah satu tugas dari pesantren adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa ini perlu adanya pendidikan karakter bukan hanya pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan. Namun juga diperlukan adanya pengembangan karakter dan akhlak yang baik. Pesantren bukan hanya mencetak generasi yang moderat namun juga mencetak generasi penerus bangsa yang terus melestarikan tradisi kearifan lokal bangsa Literasi adalah salah satu faktor pendukung pendidikan di dalam pesantren.. Tahukah kalian sistem pendidikan dalam pesantren?

Nah, banyak hal yang perlu kalian ketahui dari sistem pembelajaran atau kurikulum dalam pesantren. Pesantren selalu menyajikan berbagai kurikulum. Baik itu pesantren tradisional (salaf), modern (kholaf), atau tradisional modern (salaf-kholaf). Dalam kurikulum pesantren, santri selalu dituntut untuk bisa membaca kitab, menulis, mengartikan bahkan berdakwah. Maka dari itu dalam kurikulum pembelajaran pesantrenpun melibatkan tradisi literasi.

Banyak orang yang menentang jika literasi itu hanya membaca, tapi sebenarnya literasi bukan hanya kemampuan membaca namun juga kemampuan berbahasa yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Dari tuntutan tersebut tak lain halnya santri adalah salah satu seseorang yang selalu melestarikan tradisi literasi.

Selain menguatkan tradisi, kurikulum di dalam pesantren juga layak sebagai penguat pendidikan. Karena memang kegiatan belajar mengajar santri dengan kyai atau ustad selalu melestarikan tradisi literasi. Kegiatan dalam pesantren yang disebut mengaji selalu melibatkan empat kemampuan berbahasa, seperti membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Semua itu hampir seluruh santri selalu melakukannya.

Mengaji Literasi
Santri bahkan tak sadar jika selama proses belajar di pesantren ia juga melestarikan tradisi literasi. Mereka selalu berpandangan “yowes aku ngaji yo ngaji” mereka tidak sadar dengan metode pembelajaran yang mereka gunakan adalah bentuk dari melestarikan tradisi yang sekarang sangat rendah prosentasenya. Tradisi literasi yang semakin memburuk di Indonesia menjadikan sasaran terpenting karena melalui literasilah bangsa terlihat maju atau tidak, karena majunya sebuah Negara sangat dipengaruhi oleh pendidikan seseorang. Empat pilar keterampilan berbahasa baru-baru ini justru semakin merendah.

Namun disini santri tetap berdiri tegak menggunakan tradisi tersebut, ya bisa dikatakan bahwa kuatnya pendidikan di pesantren juga dipengaruhi dengan tradisi literasi, ibaratnya semakin sering santri membaca kitab maka ilmu semakin paham.Ya begitu pula seperti pepatah yang sering kita dengar “pedang jika diasah semakin tajam, sebaliknya jika didiamkan maka akan tumpul”.

Ada beberapa metode pembelajaran dalam pesantren, yang biasa dilakukan yaitu sorogan, bandongan atau wetonan yang masih menekankan pada kitab kuning yang mencakup tauhid, fiqih, sejarah islam, akhlak, dan ilmu alat (nahwu, shorof, I’lal dan semacamnya). Pertama, metode pembelajaran sorogan merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih menitikberatkan pada kemampuan santri di bawah bimbingan kyai/ustad. Nah dari metode pembelajaran ini bisa disimpulkan bahwasannya santri menggunakan metode yang lebih berperan adalah santri seperti membaca kitab gundul kitab tanpa harokat, menulis pegon/ ngesahi kitab, dan menerangkan apa yang diperoleh setelah mengaji.

Kedua, metode pembelajaran bandongan atau wetonan, metode ini adalah metode yang lebih menitikberatkan pada kyai/ustad karena santri hanya mendengarkan penjelasan/ceramah kyai. Biasanya metode ini lebih seperti pengajian.

Lebih jelasnya lagi, bahwa literasi sangat mendominasi untuk memajukan pendidikan di pesantren karena didorong oleh sumber pendidikan yaitu kitab kuning yang menjadi rujukan mengaji seorang santri, penguasaan literasi santri merupakan sebuah kemampuan yang bersumber dari kebiasaan belajar mengaji santri yaitu membaca, menulis, berdakwah saat mengaji.

Di belakang nilai-nilai baik yang dapat diambil dari budaya literasi di pesantren, ada salah satu hambatan yang sampai sekarang masih memprihatinkan, yaitu minimnya perpustakaan di pesantren. Terkait keterbatasan itu maka perlu adanya perhatian yang cukup untuk menguatkan pendidikan di pesantren dengan mengembangkan budaya literasi tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here