Semarang, Harianjateng.com – Berkhidmat di Nahdlatul Ulama (NU) merupakan karunia yang tidak didapat semua umat Islam. Sebab, selama ini banyak orang lebih memilih aktif di organisasi profit daripada nirlaba yang sepi dari aspek material. Hal itu diungkapkan Ketua PWNU Jateng Drs. KH. Mohamad Muzamil dalam agenda halalbihalal dan tasyakuran Lembaga Pendidikan Ma’arif PWNU Jateng, Selasa (18/6/2019).
“Khidmat di NU itu adalah karunia. Tidak semua orang berkesempatan aktif di NU. Ukurannya tidak naik tingkat dari PC ke PW, dari PW ke PB. Tapi peningkatan mutu pengabdian pada semua struktur NU di level manapun,” tegas Kiai Muzamil saat menyampaikan sambutan.
Pihaknya juga menyampaikan, orang yang serius khidmat di NU pasti mengalami pengalaman spiritual yang tidak dialami orang lain. “Insyallah ada keberkahan, dan pasti ada pengalaman menarik. Secara material, di NU tidak ada apa-apanya. Namun di ranah spiritual, pasti tiap pengurus mengalami pengalaman spiritual menarik yang pasti tiap orang berbeda,” ujar dia.
Hadir pengurusan harian LP Ma’arif PWNU Jateng dan panitia Porsema XI yang membahas persiapan teknis pelaksanaan Porsema pada 24-27 Juni 2019 mendatang.
Di forum itu, pihaknya menyampaikan dua hal inti program pendidikan yang dipesankan pada LP Ma’arif PWNU Jateng. “Pertama adalah peningkatan mutu pendidikan Ma’arif. Sekolah dan madrasah Ma’arif harus memiliki keunggulan komparatif. Sekarang jualannya tahfiz. Tapi kalau level kita di PAUD dan MI itu membaca, menganalisis baru menghafalkan. Karena menghafal itu, tidak semua anak atau tidak semua pelajar paham. Tugas LP Ma’arif menyadarkan masyarakat bahwa menghafal itu ada levelnya sendiri,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga memberi pemetaan penguatan aspek akidah Islam Aswaja Annahdliyah, bahasa, matematika, hafalan dan pembelajaran yang menyenangkan. “Sekarang memang beda. Paradigmanya pembelajaran menyenangkan, tapi tradisi hormat dan menjaga kewibaan pada guru harus tetap dijaga. Selain itu kepribadian guru juga harus diutamakan karena sebagai contoh,” lanjutnya.
Program kedua yang harus dijalankan LP Ma’arif adalah mendirikan sekolah atau madrasah unggulan. “Perlu sekolah atau madrasah model, bisa seperti labschool. Secara informal sudah digagas di karesidenan Solo. Minimal, ada satu sekolah di periode ini mengelola sekolah model, baik jenjang PAUD, MI atau SD. Baru kalau sudah sukses bisa berkembang ke SMP/MTs dan SMA/SMK/MA,” bebernya.
Pada kegiatan itu, Ketua PWNU Jateng memotong tumpeng yang diberikan kepada Ketua LP Ma’arif PWNU Jateng. Usai tasyakuran, kegiatan dilanjutkan rapat persiapan Porsema XI.
Red-HJ99/ Hi