BREBES, Harianbrebes.com,- Dalam memperingati Hari Ulang Tahun Pemuda Pancasila yang ke-62, Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Brebes menggelar serangkaian kegiatan, diantaranya Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Hal itu, dilakukan agar pengurus MPC PP Brebes terutama generasi mudanya kembali membangkitkan serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
“Saya pikir sangat penting, kenapa pemuda sekarang ini melihat pancasila hanya sebagai hafalan? Padahal pancasila itu bukan hafalan. Kemudian, kenapa ada pihak yang mengklaim sebagai orang yang pancasilais, dan sebagian yang lain tidak,” kata Ketua MPC PP Brebes, Wahyudin Noor Aly, Minggu, (31/10) usai kegiatan Penataran P4 di Rumah Makan D’Anglo, Brebes.
Wahudin Noor Aly sapaan akrabnya Bung Goyud merupakan salah satu dari sekian banyak tokoh masyarakat yang merasa prihatin dengan dicabut atau ditiadakannya Penataran P4. Menurutnya, dengan dicabutnya P4, nilai-nilai Pancasila yang seharusnya membumi dalam kehidupan masyarakat seakan sirna.
“Pancasila mempersatukan bukan mempertentangkan. Oleh karena itu, berarti ada paham-paham yang sudah mulai aus. Generasi muda saat ini, kita melihat mulai ada yang kehilangan jati dirinya tentang Pancasila. Kalau dulu, kita tahu ada yang namanya P4 yang sudah dihapus oleh TAP MPR RI. Tetapi nilai-nilai pancasila itu kan bukan dihapus dengan aturan apapun, karena itu melekat,” ungkapnya.
Bung Goyud menjelaskan, upaya Pemuda Pancasila Brebes terutama generasi mudanya dalam menjaga ideologi Pancasila dan membangun kepribadianya agar mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
“Jadi kami memulai lagi penataran P4 pada generasi yang baru. Karena, saya sebagai ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila, saya ajak pengurus PAC, SAPMA, 234 SC, dan Badan-Badan yang lainnya untuk kembali mengingat penataran P4,” jelasnya.
Bung Goyud juga mengungkapkan kegelisahannya melihat fenomena dan gejolak perilaku di masyarakat. Bahkan, dirinya melihat, perbedaan yang tidak dipersatukan malah diperlebar jurangnya.
“Ketika kita melihat ada kesenjangan ditengah-tengah masyarakat, sebagian kita hanya bisa nyiyir tanpa berusaha menghilangkan kesenjangan itu. Dan paling penting adalah sila ke 4, karena sila ke 4 ini kan kaitannya dengan kekuasaan,” tandasnya.
Ketika masyarakat hanya memandang ini sebagai menang kalah dalam pemilu, menang kalah dalam pilpres, menang kalah dalam pilgub dan pilbup itu menurutnya, bukan esensi pancasila.
“Karena esensi pancasila itu memilih pemimpin yang bisa merealisasikan nilai-nilai pancasila. Yaitu, rakyat adil dan makmur, kemanusiaan yang adil dan beradap, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Persatuan seluruh bangsa indonesia dan yang paling utama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,” tambahnya.
Bung Guyud menyebut, nilai-nilai religius ini sudah seharusnya menjadi landasan bagi setiap warga negara untuk melangkah kedepan. “Karena, dengan religi ini, kita akan takut ada yang mengawasi yaitu Tuhan Yang Maha Esa,” imbuhnya.
Bung Goyud menegaskan, pihaknya tengah berupaya melakukan sosialisasi untuk mengembalikan esensi pancasila. Yang pertama yang perlu dipahami, lanjutnya, adalah pancasila bukan sekedar memperingati hari pancasila, bukan sekedar hafal pancasila, akan tetapi nilai-nilai yang dikandung dalam pancasila itu yang harusnya disosialisasikan kepada para generasi muda.
“Pelajaran tentang nilai-nilai pancasila di strata sekolah, dari mulai SD, SMP sampai perguruan tinggi itu tidak boleh dihilangkan. Karena keprihatinan kita, ada peraturan perintah yang mendegradasi atau seakan menghilangkan pelajaran tentang nilai-nilai pancasila kemudian Bahasa Indonesia. Keduanya ini perlu dikembalikan pada asalnya, karena paling utama adalah pada tingkat pendidikan,” pungkasnya. (Gust)