BREBES, HarianBrebes.com,- Harga pupuk non subsudi naik, namun bawang merah di tingkat petani anjlok. Ironisnya, harga bawang merah turun jauh di bawah harga acuan pembelian di petani.
Seorang petani bawang merah di Kabupaten Brebes, Yuliana Rosmalawati saat ditemui pada Selasa, (2/11) mengungkapkan, harga bawang merah saat ini hingga di angka Rp5000/kg. Padahal berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 07 Tahun 2020 tentang harga acuan pembelian di petani dan harga acuan penjualan di konsumen, harga acuan bawang merah rogol askip di petani senilai Rp22.500/kg, sedangkan di konsumen senilai Rp32.000/kg.
“Sayangnya peraturan ini tidak dijalankan oleh pemerintah,” kata Yuliana.
Anjloknya harga bawang ini, menurutnya, dari pemerintah sudah berupaya. Namun, mungkin karena hasil produksi yang melimpah dari tiap-tiap sentra bawang merah itu tidak bisa dikendalikan. Apalagi, bersamaan dengan masa panen di daerah sentra bawang merah, seperti di wilayah Majalengka, Demak, dan Bima (NTB).
“Kalau menurut saya sih, harusnya pemerintah menaikkan harga padi. Karena, kalau harga padi naik dan harga hortikultura turun, para petani akan beralih menanam padi. Sehingga ini bisa menstabilkan harga hortikultura, termasuk bawang merah. Jadi petani bisa selang seling menanamnya,” tandasnya.
Anjloknya harga bawang, lanjutnya dipastikan petani mengalami kerugian atas hasil panennya. Ditambah lagi dengan harga pupuk dan pestisida yang sering mengalami kenaikan. Kondisi ini membuat modal dan hasil produksi tidak berimbang.
“Apa lagi, harga pupuk dan pertisida sudah mulai naik. Pupuk subsidi pun sekarang mulai susah didapatkan, dan mendapatkannya juga harus ada syarat dan ketentuannya. Sedangkan, yang non subsidi, seperti pupuk NPK Mutiara sudah dua bulan ini harganya naik. Ya, harganya naik terus. Yang tadinya sekitar Rp500 ribuan sekarang sudah Rp650 ribu lebih per karung yang kemasan isi 50kg,” ucapnya.
Yuliana menjelaskan, sebelumnya harga bawang merah jenis askip rogol ini berada di kisaran Rp12000/kg, dan per 28 Oktober kemarin Rp8000/kg. Sedangkan untuk bawang merah rogol askip yang ukurannya lebih kecil harganya anjlok hingga Rp5000/kg yang sebelumnya harga di petani kisaran Rp8000/kg.
“Untuk bibit juga mengalami penurunan harga. Awalnya bulan lalu itu masih Rp40 ribu per kilo, sekarang harganya Rp25-30 ribu per kilo,” ungkapnya.
Yuliana menuturkan, harga komoditas unggulan Brebes ini anjlok sejak dua minggu terakhir. Untuk harga bawang merah jenis askip super saat ini hanya Rp14000/kg dan jenis askip besar harganya Rp11000/kg. Padahal sebelumnya harga kedua jenis bawang merah tersebut Rp17000/kg hingga Rp18000/kg.
“Untuk jenis askip biasa harganya Rp9000 hingga Rp8000/kg yang awalnya Rp11000/kg,” ucap Yuliana.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Dinkopumdag) Brebes, Maryono mengungkapkan, anjloknya harga bawang hanya terjadi di tingkat petani. Sementara untuk tingkat pedagang atau di pasaran harganya masih relatif stabil. Saat ini, stok bawang di Kabupaten Brebes juga cukup melimpah. Sehingga, harga di tingkat petani cukup rendah.
“Ditingkat petani harganya Rp8000/kg sampai Rp14000/kg. Tapi disisi lain harga bawang di pasar dari bulan September sampai awal Nopember harganya relatif stabil dan tidak ada fluktuasi harga yang ekstrem,” ujarnya.
Maryono merinci, pada pertengahan September lalu harga bawang merah di pasaran Rp25000/kg hingga Rp26000/kg. Sedangkan pada akhir Oktober harganya cenderung naik yakni menjadi Rp26000/kg. Untuk awal Nopember ini, harga bawang merah di pasar rakyat tersebut Rp25000/kg.
“Ini hasil pantauan kami di Pasar Ketanggungan, Pasar Induk Brebes, maupun di Pasar Induk Bumiayu. Artinya harga bawang merah di tingkat pedagang itu relatif stabil. Tapi ternyata harga di tingkat petani itu turun sangat drastis. Kami belum bisa memantau beberapa hari ke depan apakah harga bawang di pasar akan turun atau tidak,” tuturnya.
Padahal saat ini, imbuhnya, panen ditingkat petani sangat melimpah. Pihaknya memantau juga, saat ini di gudang penyimpanan milik Pemkab Brebes sekarang sudah penuh.
“Kami mengindikasikan itu. Di gudang CAS, saat ini 5 gudang di kami sudah penuh. Kami juga sudah melakukan pemantauan disana. Ada 5 mesin yang kami miliki dengan jumlah kapasitas masing-masing 16 ton sudah mulai penuh sejak Oktober kemarin. Bahkan gudang bulog disini juga penuh,” imbunya.
Pihaknya berharap, dengan anjoknya harga bawang ini tidak berimplikasi pada inflasi. “Karena ini kan rentan sekali, kalau harga bawang seperti ini dalam keadaan terlalu lama. Saya khawatir ini akan mempengaruhi inflasi di Kabupaten Brebes dan inflasi secara nasional,” tutupnya. (Gust).