BREBES, Harianbrebes.com,- Seorang desainer asal Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Arya Kris mengisahkan awal karirnya di tahun 2004 hingga brand Arya Kris Kebaya melenggang di panggung ajang Internasional Miss Tourism and Culture Universe 2018.
“Brand Arya Kris Kebaya berdiri sejak 2014. Saya pernah jadi asisten designer sejak 2004 ikut Almarhum Tampo Wiryadi,” kata Arya Kris saat ditemui, Rabu (10/11), di rumahnya yang sekaligus tempat kerjanya di Jalan Ronggowarsito Rt 05 Rw 04 Desa Pebatan, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes.
Sebelum jadi asisten desainer kebaya, pria bernama Ahmad Taufik (37) ini sempat menjadi tukang pel di kediaman seorang designer yang namanya kondang di Brebes, Tampo Wiryadi.
“Awalnya, saya kerja jadi tukang pel di tempatnya, Mas Tampo di Saditan, tepatnya depan stasiun. Dulu, Beliau ini satu satunya designer Brebes yang berprestasi. Sampai di tahun 2010 pindah ke Jogjakarta untuk mengembangkan usahanya. Tapi, Beliau meninggal dan tutup usahanya. Dari situ, semua karyawan Beliau membuka usaha fashion masing-masing,” bebernya.
Arya Kris merupakan seorang yang hanya sekolah dasar. Meski hanya belajar secara otodidak, namun ia mampu menghasilkan karya-karya hebat. Bahkan, kebaya hasil rancangannya ini mampu bersaing dengan karya desainer kondang dari seluruh penjuru tanah air. Tak jarang pula, karyanya membalut ditubuh artis Ibukota.
“Dulu, aku gencar pakai batik Brebes sampai dibawa ke Miss Tourrism And Culture Universe 2018. Sampai sekarang sudah tidak terhitung berapa kain Brebes yang aku pakai untuk promosi kota tercinta. Tapi nggak ada callingan dari tahun 2014 sampai sekarang. Akhirnya aku putuskan, hilangkan nama Brebes dari Arya Kris Kebaya yang tadinya Aryakris Kebaya Brebes,” ungkapnya.
Saat awal meniti karier di bidang tatabusana, dengan ketekunan dan keuletannya dia belajar dari mulai menggunting lurus, memotong pola, sampai menjahit. Dedikasi dan baktinya pada sang guru, Tampo Wiryadi membawanya menjadi asisten pribadinya, sehingga bisa seperti sekarang ini.
Taufik mengeluhkan, saat ada acara tertentu di Brebes dirinya sampai berpeluh keringat membantu, namun dirinya merasa karyanya tidak dilirik Pemda Brebes.
“Saat moment duta wisata Brebes.
Karnaval paling spektakuler di Brebes, tanpa anggaran sepeserpun katanya mereka. Jadi aku bantu plus konsumsi. Tapi disaat acara yang ada anggarannya, kenapa tidak melibatkan potensi lokal. Aku pengin protes! Karena designer di Brebes ini kan ada 5 lebih, tapi kenapa yang dipakai saat acara Sinok Sitong selalu disigner dari luar daerah?,” keluhnya.
Pemkab Brebes, menurutnya, entah tahu atau tidak kehadirannya di Brebes. Karena, ia mengaku baru dikenalkan saat ada acara Pameran Lukisan di Rest Area Banjaratma.
“Semoga kedepan teman-teman designer Brebes, bisa dilibatkan dalam setiap acara yang melibatkan designer di kota Brebes. Itu saja harapan saya. Karena, saat ada 3 event di Brebes, yaitu Duta Wisata, Duta Genre, dan Duta Anti Narkoba.
Tapi sepertinya tak ada disegner Brebes yang dilibatkan. Padahal, potensi daerah sangat bagus,” harapnya.
Selain itu, Arya Kris juga berharap kedepan, fashion designer di Brebes bisa dikolaborasikan dengan pengrajin batik salem dan difasilitasi pemerintah, baik dalam proses produksinya maupun proses promosinya.
“Saya pernah, di tahun 2015 karena saya diminta jadi sponsor Miss Teen Indonesia, dengan bahagianya saya sampaikan maksud dan rencana saya, tapi ternyata Pemda Brebes tidak ada anggaran untuk itu. Akhirnya saya secara pribadi mempromosikan Batik Salem hingga bisa tembus ke ajang Internasional,” tuturnya.
Bahkan, Arya Kris menyebut, di salah satu acara Tv, karyanya dipakai Artis Dewi Persik. Bahkan, karyanya yang memakai salah satu batik salem itu sempat selipkan di ajang Miss Asia Pacific Internasional, dan Miss Tourism Cosmopolitan International pada tahun 2017.
Ditempat kerjanya, tampak puluhan karyawan sedang serius bekerja sesuai bidangnya. Dari puluhan pekerja tampak membantu pembuatan baju pengantin, ada sejumlah anak SMK yang magang.
“Saya memperkerjakan wanita yang ada di sekitar rumah dan lulusan lembaga kursus sebagai apresiasi saya kepada lembaga kursus. Saya mendidik mereka supaya bisa mandiri, biar suatu saat bisa buka usaha sendiri,” ujarnya.
Setiap bulan puluhan baju pengantin dihasilkan disini, dengan kisaran harga antara 1,5 juta sampai 5 juta rupiah. Jadi bisa dibayangkan tiap bulan bisa menghasilkan omzet ratusan juta dari usaha ini. Untuk menghasilkan satu potong baju pengantin dibutuhkan waktu 3 – 5 hari kalau yang rumit deetailnya sampai seminggu.
Walaupun dikerjakan dari tangan-tangan wanita yang tinggal dikampung, namun hasil karyanya bertengger di butik-butik terkenal di Pekalongan, Yogyakarta dan Jakarta bahkan sampai Hong Kong.
“Sebenarnya saya sangat miris dengan perias pengantin disini, baju rancangan saya jadi favorit butik dan perias penganten di kota-kota besar, tapi disini jarang yang pakai alasannya mahal. Padahal menurut saya ada mutu ada harga, mutu dan kualitas jadi jaminan sehingga hasil rancangan saya bisa diterima di ibukota,” paparnya.
Soal mutu memang menjadi alasan butik dan perias pengantin, seperti yang diutarakan Sugiarti (50) perias pengantin asal Kajen, Pekalongan.
“Saya kenal Kris sudah 3 tahun lewat seminar, dari situ saya tahu rancangan dan kualitas produknya. Sampai sekarang masih menggunakan produknya, dan anehnya setiap calon pengantin yang saya rias maunya rancangan Kris karena elegan dan uptade,” katanya.
Kris menggunakan ajang seminar sebagai sarana promosi dan membangun jejaring, karena disitu sudah ada paket lengkap dari make up artis, model dan fotografer. Simbiosis mutualisme diterapkan untuk memajukan usahanya.
Brebes bagi Kris bukan sekedar tanah kelahiran, tapi tempat dimana dia berkarya dan mengabdi. Tenaganya kadang dibutuhkan untuk karyawan juga anak-anak magang dari sekolah yang ada di Brebes.
“Mas Kris orangnya sabar dan telaten dalam mengajari disain, memotong dan membuat pola. Ilmunya banyak dan tidak pelit sehingga saya tambah wawasan dan pengetahuan tentang fashion,” ujar Nanda siswi magang dari SMK Negeri 1 Brebes. (Gust)
Semangat dan terus ber karya, saya bangga bisa menggunakan rancangan hebat Mas Kris di acara Salatiga Carnival Center, dan saya akui di setiap dsain baju satu dan yang lain nya selalu berbeda dan itu yang membuat karya nya selalu keren, apalagi jika karya nya di pakai sama model model hits, Harapan nya jika tidak di kenal di kampung kelahiran semoga bisa di kenal di luar kota sampai di Luar Negri, tetap semangat dan tunjukan kalo karya nya bisa luar biasa,