BREBES, Harianbrebes.com- Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes mencatat angka kematian ibu (AKI) sudah mencapai 14 kasus. Jumlah itu merupakan hasil rekapitulasi laporan yang belum genap tiga bulan pertama di Tahun 2022.
Bahkan, banyaknya kasus AKI ini membuat kota bawang menempati peringkat lima terbawah di Jawa Tengah. Hal itu terungkap dalam Coffee Morning Kesehatan Ibu dan Anak yang digelar pada Selasa 29 Maret 2022 di Pendopo Kanjengan, Brebes.
Dalam kegiatan yang dipimpin langsung Bupati Brebes didampingi Kepala Dinas Kesehatan itu dihadiri semua Kepala Puskesmas, Direktur Rumah Sakit, serta perwakilan tenaga kesehatan di semua fasilitas layanan kesehatan.
Bupati Brebes Idza Priyanti menyampaikan, ada dua faktor yang menyebabkan masih tingginya kasus AKI di Brebes ini, yaitu faktor internal ibu hamil dan eksternal. Yang diantaranya, masih banyak ibu hamil yang punya riwayat penyakit berisiko (gagal jantung, hipertensi dan TBC-red). Kemudian, perdarahan hebat saat proses persalinan, infeksi saat kehamilan atau setelah persalinan. Selanjutnya, hipertensi dalam kehamilan yang mengarah ke preeklampsia dan eklampsia serta komplikasi pada masa nifas.
“Termasuk, kurangnya pendidikan seputar kesehatan reproduksi. Belum maksimalnya sistem transportasi yang baik, serta kurangnya partisipasi masyarakat meningkatkan kesehatan ibu,” terangnya.
Menurut Idza, masih tingginya kasus AKI pada tiga bulan pertama tahun ini harus menjadi perhatian penting. Terutama, bagi semua tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas, klinik bersalin dan rumah sakit. Untuk itu, harus lebih fokus dalam meningkatkan layanan kesehatan melalui program terintegrasi yakni Gerebek Wong Meteng.
“Melalui diskusi bersama ini, kami harapkan semua nakes Puskesmas, klinik bersalin dan rumah sakit lebih optimal. Terutama, kepatuhan terhadap SOP dan regulasi pasien persalinan,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Brebes Ineke Tri Sulistyowaty menambahkan, pihaknya sudah merumuskan solusi konkret guna menekan kasus AKI, baik secara menyeluruh maupun terintegrasi. Salah satunya, mendongkrak kesadaran dan peran aktif masyarakat untuk melakukan pendampingan ibu hamil.
“Optimalisasi rujukan dan analisis pemeriksaan kehamilan. Juga menjadi prioritas dalam pemetaan ibu hamil dengan risiko. Sehingga, semua potensi komplikasi persalinan bisa diminimalisir dan tertangani dengan baik,” tandasnya. (*/Gust)