Brebes, Harianbrebes.com – Pada tahun 2022, Kabupaten Brebes menjadi daerah yang memiliki angka stunting tinggi. Bahkan, Brebes menempati urutan ke tiga di Jawa Tengah.
Ironisnya, anggaran pemberian makanan tambahan (PMT) yang merupakan salah satu program untuk mencegah stunting ini dihentikan. Tak hanya itu, penghentian program ini juga dikeluhkan keluarga yang salah satu anggotanya menderita stunting.
Sayem (40) nenek dari salah satu penderita stunting di Desa Wanasari Kecamatan Wanasari mengatakan, cucunya yang berusia 4 tahun hanya memiliki berat 9 kilogram. Padahal, menurutnya, berat badan normal anak seusianya harus lebih dari 11 kg.
Nenek ini mengaku, tidak setiap hari cucunya bisa makan protein hewani seperti ikan, daging dan telur.
“Maklum, tidak ada duit buat beli lauk ikan telur, apalagi daging. Biasanya sih ikan sama ayam, itu pun tidak bisa setiap hari,” ungkap Sayem ditemui di rumahnya, Rabu (30/3/2022).
Sementara itu, Muhadiroh, ahli gizi Puskesmas Sidamulya menuturkan, pihaknya secara rutin menangani penderita stunting. Salah satu kegiatannya adalah memberikan makanan tambahan. Namun sejak awal 2022, program makanan tambahan (PMT) ini terhenti karena tidak ada anggaran dari Pemda Brebes. Mereka hanya mendapatkan biskuit dari pemerintah pusat.
“Tahun kemarin masih ada PMT, tapi sejak awal 2022 sudah tidak ada lagi. Sudah diajukan tapi katanya tidak disetujui. Jadi akhirnya mereka hanya dapat bantuan biskuit,” jelas Muhadiroh.
Muniroh menyebut, Desa Wanasari semula masuk desa locus (tempat) stunting. Namun, berdasarkan penimbangan serentak pada Februari 2022, sudah tidak masuk kategori locus stunting.
Disisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Inneke Tri Sulistyowati membeberkan terkait masih tingginya angka stunting di Kabupaten Brebes. Menurutnya, Brebes menempati urutan ke tiga tertinggi di Jawa Tengah.
“Barusan dapat info dari DP3KB Jawa Tengah, Brebes menempati urutan ke tiga. Brebes memang menjadi daerah yang memiliki angka stunting tinggi. Saat ini Dinkes bersama berbagai OPD yang lain yang dikoordinir Baperlitbangda sudah melakukan intervensi dalam mengentaskan masalah stunting ini,” bebernya.
Terkait tidak adanya program makanan tambahan, Inneke saat dikonfirmasi membenarkan. Namun kata Kadinkes, PMT bisa diambilkan dari dana desa.
“Kalau memang sekarang tidak ada PMT, itu karena memang Pemda tidak menganggarkan. Tapi itu kan bisa diambil dari dana desa. Baik untuk ibu hamil maupun balita,” tegasnya. (*/Gust)