BREBES, Harianbrebes.com- Kondisi penderita kanker kulit, Suparno (59) warga Jl Sunan Giri RT 2/1 Desa Banjaranyar Kecamatan Brebes semakin parah dan menghawatirkan. Bapak dua anak tersebut, terancam kehilangan dua matanya.
Saat ditemui, Rabu, 11 Mei 2022, mantan pekerja bangunan ini hanya bisa menahan sakit dan terbaring lemah di tempat tidurnya. Kelopak kedua matanya sudah membengkak karena semakin digerogoti kanker kulit ganas hingga merusak penglihatannya.
Wajahnya tanpa ekspresi karena suami dari Roisah (51) sudah kehilangan mata kirinya usai diamputasi pada tahun 2018 lalu. Bahkan, kanker kulit ganas itu sudah menggerogoti sebagian kulit kepalanya hingga lukanya tampak menganga.
Roisah menuturkan, penyakit kanker kulit yang diderita suaminya sudah terjadi sejak lama. Awal mulanya ada tahi lalat di pelipis mata. Terasa gatal dan sering digaruk hingga lecet. Kemudian, makin lama pecah dan berubah seperti getah timun.
Saat periksa ke rumah sakit disarankan langsung dirujuk ke RS Karyadi untuk dilakukan operasi yang pertama pada November 2018. Bahkan, mata kiri Suparno terpaksa diambil karena rusak digerogoti kanker.
“Pada tahun 2018 lalu, dioperasi ambil mata sebelah kiri. Operasi lagi yang kedua kali, terus disarankan operasi ketiga kalinya, tapi suami saya tidak mau, akhirnya menjalar ke mata sebelah kanan hingga makin memburuk,” ungkapnya.
Roisah menyebut, suaminya menjalani operasi yang pertama hingga 20 hari dirumah sakit, sedangkan yang kedua hanya 10 hari. Saat itu, dokternya menyarankan untuk menjalani operasi yang ketiga, tapi tidak dilakukan karena terkendala biaya operasional.
“Ini karena saya sebagai tulang punggung tidak bekerja otomatis tidak ada pemasukan. Meski ada kartu KIS namun saya tidak ada biaya untuk keperluan selama dirumah sakit. Untuk beli kassa steril saja, saya tidak mampu. Kalau pun kerja, saya paling kerja serabutan,” keluhnya.
Merembetnya kanker kulit, lanjut dia, semakin menjadi setelah suami menghentikan kontrol dan operasi ketiga. Akibatnya, setengah wajah bagian atas Suparno kulitnya digerogoti penyakit. Bahkan, karena terlalu lama menahan rasa sakit itu Suparno mulai malas makan sehingga membuat fisiknya terlihat kurus. Lantaran, suparno hanya mau mengkonsumsi susu madu dan kurang cairan.
“Bapak tetap gak mau berobat, alasannya gak punya biaya operasional karena lama gak kerja,” terangnya.
Untuk perawatan Suparno sehari-hari, Roisah membutuhkan sejumlah perlengkapan medis. Seperti, kassa steril, kassa gulung, salep, sarung tangan dan lainnya. Perawatan itu, dilakukan setiap sore hari agar luka di bekas operasi tidak infeksi. Sedangkan, kebutuhan sehari-harinya ia mengandalkan anaknya yang bekerja sebagai pelayan warteg.
“Alhamdulillah. Ibu Kasatlantas (Polres Brebes-red), Bu Endah tadi pagi berkunjung ke sini memberi bantuan,” ujarnya.
Sementara itu, Perwakilan Perangkat Desa Banjaranyar, Asmawi menambahkan, melihat penyakit warganya tersebut, Ia mengaku prihatin karena kondisinya semakin memburuk. Namun, pihaknya memastikan biaya pengobatan sudah tercover BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran.
Lebih lanjut, Ia mengungkapkan, keluarga Suparno sudah masuk Data Terpadu Kesejahteraan Sosial. Bahkan, selama Pandemi Covid-19 sudah mendapatkan bantuan sosial tunai. Namun, bantuan tersebut sudah berhenti sejak akhir 2021.
“Karena butuh biaya perawatan harian, kami sedang mengusulkan bantuan biaya hidup sebesar Rp 1 juta ke Dinsos. Rencananya, Suparno juga akan didaftarkan sebagai penerima BLT Dana Desa,” pungkasnya. (Gust)