BREBES, Harianbrebes.com – Ade Sunarto (38) hanya bisa pasrah melihat anaknya, Muhammad Salman Amrillah yang berusia 2,8 tahun dan tengah menderita gizi buruk hingga badan kurus menyisakan kulit. Ade hidup bersama istrinya, Siti Salamah (32) di gubuk reyot yang kondisi bangunannya tidak layak.
Banyak lubang memenuhi dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu. Bahkan ketika hujan, lantai yang masih tanah pun menjadi becek.

Ade yang tidak memiliki biaya untuk berobat anaknya, hanya bisa pasrah karena dirinya hanya memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi buruh serabutan.
Pada umumnya, bayi yang tumbuh normal memiliki bobot 12 kg pada usia 2,8 tahun, namun bayi Salman ini memiliki berat badan hanya 5 kg. Sangkin kurusnya, lehernya pun kecil hingga tidak mampu menopang kepala secara mandiri. Setiap kali digendong, kepala bayi harus ditopang dengan tangan supaya sejajar dengan badan.
Salamah saat ditemui di rumahnya, di Desa Padakaton Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes ini mengatakan, anak laki lakinya itu pada awalnya tumbuh normal. Saat lahir, bayi Salman memiliki bobot 3,5 kg dan tidak ada kelainan apapun Pada usia memasuki 7 bulan, bayi ini tidak menunjukkan perkembangan yang normal. Badan bayi makin hari makin kurus hingga sampai hari ini.
“Saat lahiran bobotnya 3,5 kg dan sempat tumbuh normal. Mulai ketahuan itu ada penyakit setelah mau tujuh bulan. Saya sedang menyiapkan sukuran untuk ‘udun udunan’ (bayi mulai turun ke tanah untuk latihan berjalan). Sampai setahun lebih ternyata makin kurus dan sampai sekarang,” tuturnya, Seni (31/10).
Dia mengaku, tidak mengetahui penyakit yang diderita anaknya ini. Ibu ini beralasan, hal itu karena jarang memeriksakan anaknya ke klinik atau fasyankes lainnya. Keterbatasan ekonomi pun menjadi faktor utama Siti Salamah jarang memeriksakan anaknya.
“Yang menjadikan bingung itu tidak tahu sakitnya apa. Dulu, sudah lama pernah periksa tapi katanya tidak ada penyakit, tapi kok malah tambah parah. Kalau mau periksa lagi tidak ada biaya,” ucapnya.
Meski tinggal di gubuk reyot dan masuk keluarga miskin, keluarga ini tidak masuk program BPJS PBI yang dibiayai pemerintah. Malahan, kata Salamah, dirinya sempat menjadi anggota BPJS mandiri. Tapi kata dia, sudah tidak pernah membayar iuran.
“Kalau BPJS yang PBI tidak punya. Malahan pernah ikut yang mandiri, tapi sudah lama tidak pernah membayar iuran,” tukasnya.
Sebagai ibu, Salamah berharap, anaknya ini bisa sembuh dan tumbuh normal seperti anak anak lain. Wanita ini bermimpi bisa memiliki BPJS PBI agar tidak dibebani biaya berobat anaknya.
“Selama merawat anak ini, beberapa kali periksa dengan biaya sendiri. Tapi sekarang sudah tidak pernah lagi. Penginnya sih dapat BPJS PBI untuk keperkuan berobat anak,” harap Salamah.
Selama ini, keluarga ini menempati rumah gubuk dari anyaman bambu di Rt 02 Rw 03 Desa Padakaton Kecamatan Ketanggungan. Rumah dengan ukuran 7 meter x 8 meter ini merupakan milik kakaknya. Kondisi rumah pun jauh dari layak huni. Semua dinding terbuat dari anyaman bambu yang sudah lapuk termakan usia. Sebagai pasangan keluarga miskin, Salamah mengaku tidak memiliki rumah atau sebidang tanah.
“Ada rumah milik orang tua, tapi kondisinya lebih parah. Jadi sementara numpang di rumah kakak,” lanjutnya.
Ketua RT 02 RW 3 Desa Padakaton, Abdul Azis mengaku, keluarga Salamah masuk katagori sangat miskin. Sebagai ketua Rt, pria ini mengungkap, mereka sama sekali tidak pernah menerima bantuan seperti PKH dan sejenisnya. Satu satunya program bansos yang pernah mereka terima adalah BLT yang bersumber dari Dana Desa. “Kalau bantuan dana desa itu kan memang untuk keluarga yang tidak menerima PKH atau bantuan lainnya. Jadi keluarga Salamah ini saya ikutkan supaya dapat bantuan,” tandasnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Ineke Try Sulistyowaty mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Puskesmas Ketanggungan dan bidan desa setempat. Bidan desa sudah memotivasi keluarga tersebut agar bisa membawa anaknya ke rumah sakit. Karena tidak memiliki BPJS PBI, maka akan dibawa ke rumah sakit menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM).
“Kami memang sudah mengusulkan agar keluarga itu masuk dalam BPJS PBI. Tapi sampai saat ini belum selesai. Kalau kondisinya seperti ini memang harus segera ditangani,” ungkapnya.
Ineke melanjutkan, Muhammad Salman Amrillah akan dirujuk dan dikonsultasikan kepada dokter spesialis anak di RSUD Brebes, agar mendapat penatalaksanaan gizi buruk maupun penyakit penyertanya. “Kita belum tahu diagnosisnya nanti seperti apa,” pungkasnya. (*/Gust)