Oleh : Dr. Didi Junaedi, M. A.
(Dosen Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Di antara nilai-nilai universal yang diajarkan al-Qur’an adalah semangat persaudaraan (al-ukhuwah), kebersamaan (al-jama’ah), kesetaraan (al-musawah), dan toleransi (al-tasamuh).
Nilai-nilai yang penulis sebutkan itu, belakangan ini makin memudar. Semangat persaudaraan (ukhuwah) di antara kita, sesama muslim, misalnya, belakangan ini menunjukkan kondisi yang tidak menggembirakan. Perbedaan madzhab fiqh, perbedaan aliran teologi, bahkan perbedaan organisasi keagamaan, tidak jarang memicu perselisihan dan pertikaian. Masing-masing kelompok merasa bahwa kelompoknyalah yang benar, sedangkan yang lain dianggap salah.
Akibat dari memudarnya semangat persaudaraan (ukhuwah) ini adalah hilangnya kebersamaan (jama’ah). Masing-masing kelompok hanya mau bergaul dan berinteraksi dengan anggota kelompoknya saja.
Sesungguhnya, akar masalah dari memudarnya semangat persaudaraan serta hilangnya kebersamaan adalah karena tidak adanya sikap toleransi (al-tasamuh), juga sirnanya kesetaraan (al-musawah).
Betapa banyak perselisihan serta pertikaian disebabkan kerena hilangnya sikap toleransi dan memudarnya kesetaraan. Ketika seseorang atau suatu kelompok merasa lebih mulia, lebih baik, lebih benar, serta merendahkan, menganggap remeh dan menganggap salah orang atau kelompok lain, maka di situlah benih-benih perselisihan bahkan pertikaian akan tumbuh.
Padahal, al-Qur’an mengajarkan kepada kita tentang kesetaraan, kesejajaran antarmanusia. Tidak ada yang superior dan tidak ada yang inferior. Semua manusia sama kedudukannya di hadapan Allah. Hanya tingkat ketakwaannyalah yang membedakan satu dengan lainnya.
Perbedaan pandangan tentang cara memahami ajaran agama, misalnya, selagi masih didasarkan pada dalil-dalil serta argumen yang dapat dipertanggungjawabkan, serta jelas pijakan berpikirnya, bukan menjadi alasan untuk berselisih apalagi bertikai.
Perbedaan adalah sesuatu yang niscaya dan wajar belaka. Dalam bahasa agama disebut dengan sunnatullah. Bukan perbedaannya yang harus diperuncing, tetapi titik persamaan yang harus dikedepankan. Bukan sikap merasa benar sendiri sementara yang lain salah yang harus dipupuk, tetapi sikap toleransilah yang mesti dikembangkan.
Sungguh, betapa indahnya hidup ini jika dipenuhi dengan sikap saling menghormati serta menghargai satu sama lain. Alangkah damainya hidup ini jika perbedaan justru untuk saling melengkapi bukan dijadikan alasan untuk saling membenci. Betapa nikmatnya hidup ini jika hari-hari yang kita jalani berlimpah cinta dan kasih sayang antarsesama.
Lihatlah filosofi sapu lidi. Jika saling berdiri sendiri, maka tidak ada yang bisa dilakukan batang-batang lidi itu. Tetapi, jika masing-masing batang lidi bersatu, diikat dalam satu ikatan yang kuat, maka sapu lidi itu bisa digunakan untuk menyapu halaman hingga membersihkan pekarangan yang penuh sampah. Kekuatan sapu lidi itu ada pada kebersamaannya.
Al-Qur’an mengajarkan kita untuk bersatu dalam sebuah ikatan yang disebut dengan tali (agama) Allah atau hablullah. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imran: 103)
Tidak ada yang lebih indah selain kebersamaan yang dipenuhi cinta, kasih dan sayang antarsesama dalam balutan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain jalinan ukhuwah yang erat antarsesama yang dilandasi oleh nilai-nilai ajaran al-Qur’an.
Indahnya kebersamaan hanya akan dirasakan jika kita semua menyadari akan arti dan makna hidup ini. Bahwa hidup harus saling menghormati dan menghargai. Bahwa hidup harus saling berbagi. Bahwa hidup harus saling menasehati. Bahwa hidup harus saling mencintai.
Indahnya kebersamaan hanya akan tercipta ketika kita menyadari asal-muasal kita. Kita semua ada karena Sang Pencipta. Kita semua hadir ke muka bumi ini karena restu Ilahi. Kita semua berasal dari satu sumber yang sama, yakni Allah Swt.
Pantaskah kita saling membenci? Patutkah kita saling mencaci maki? Layakkah kita saling menzhalimi?
Kita semua lahir karena cinta Ilahi. Tidak ada alasan untuk saling membenci, mencaci maki, apalagi menzhalimi. Pautkan hati karena cinta. Jauhkan diri dari benci dan dendam. Padamkan api amarah. Tebarkan kedamaian. Nikmati indahnya kebersamaan.
- Ruang Inspirasi, Sabtu, 17 Desember 2022.