BREBES, Harianbrebes.com- Kabar Aan yang viral diberitakan media mengundang simpati dan empati warga di Brebes. Selain tetangga, sejumlah warga di Kota Brebes juga berdatangan untuk memberikan bantuan.
Salah satunya, Shintya Sandra Kusuma, seorang pengusaha muda asal Brebes. Lantaran merasa prihatin, Shintya bersama suaminya Derry Ganda Pemberian Isaias Ahasywaros Silalahi datang memberikan bantuan berupa uang tunai hingga paket sembako.

“Saya turut prihatin ya melihat warga Brebes, Ibu Aan kondisinya seperti ini. Saya baca di berita ibu Aan bolak balik 10 Km ke RS Bhakti Asih mendorong kursi roda. Saya ke sini memberikan sedikit rezeki agar Ibu Aan bisa fokus merawat pak Rohman,” kata Shintya kepada Harianbrebes.com, Senin (12/6/2023).
Disampaikan, Kepala Dusun 1 Desa Kertabesuki, Wanasari, Brebes, Didi Suwandi mengatakan keluarga Aan memang tergolong warga miskin.
Bahkan telah terdaftar sebagai penerima bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah. Selain juga sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai penerima bantuan iuran.
Kepesertaan BPJS Kesehatan itu yang digunakan Nurohman untuk berobat gratis ke RS Bhakti Asih, Brebes.
Menurutnya, pihak RT, RW kader kesehatan hingga pemerintah desa sudah sering kali memberi saran dan menawarkan bantuan untuk mengantar berobat, namun selalu ditolak.
“Dia tidak mau sama sekali. Tapi tetap Rabu besok, mobil siaga akan disiapkan. Kalau memang (kursi roda) mau didorong perangkat pun siap mendorong bersama Babinsa dan Bhabinkamtibmas,” ungkapnya.
Sementara itu, Aan Diniyati (40) mengaku sejak 2018 berjalan mendorong kursi roda sejauh 10 kilometer bolak-balik mengantarkan suaminya Nurohman (56) dari rumahnya di Desa Kertabesuki berobat ke RS Bhakti Asih, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Karena tak memiliki uang beli bensin dan tak ingin merepotkan orang lain, menjadi alasan Aan dan Nurohman enggan menggunakan mobil siaga milik pemerintah desa. Nurohman mengalami sakit gagal ginjal dan harus cuci darah rutin setiap Rabu dan Sabtu.
Karena kakinya bengkak, membuat Nurohman hanya bisa terbaring di tempat tidur dan menggunakan kursi roda. Di rumah yang tidak layak huni di RT 05, RW 01 Kertabesuki, mereka hanya tinggal berdua. Sementara anaknya yang kelas 1 SMP tinggal di panti asuhan.
Ditemui dikediamannya, Aan mengaku sudah sejak 2018 melakukan kegiatan mendorong kursi roda mengantar suaminya berobat. Sudah menjadi keputusan berdua enggan merepotkan orang lain.
“Sudah keputusan berdua, tidak mau naik mobil siaga. Kata suami lebih nyaman diangkat istri sendiri. Kalau diangkat orang lain merepotkan tenaga orang lain,” ucapnya.
Aan mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, ia harus berkeliling kampung hingga pasar untuk mengamen.
Uang hasil mengamen sehari bisa terkumpul Rp 50.000 hingga Rp 60.000 sehari. Uang itu hanya cukup untuk biaya makan.
“Sebenarnya mengamen juga tidak boleh sama suami, karena sendirian di rumah. Tapi terpaksa buat makan. Saat saya pergi ngamen suami saya kunci dari luar rumah,” pungkasnya.
