Oleh : Dr. Didi Junaedi, M. A.
(Dosen Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon)
Dalam Hadis Qudsi, Allah Swt berfirman, ”Aku dalam sangkaan hamba-Ku, dan Aku akan selalu bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kemudian apabila ia ingat Aku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia ingat kepada-Ku dalam satu kaum, maka Aku akan mengingatnya dalam kaum yang lebih banyak dari pada kaum itu. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sehasta. Jika ia mendekati-Ku satu hasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, aku akan datang kepadanya dengan lari-lari kecil.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Dalam Hadis Qudsi lainnya Rasulullah Saw bersabda, Allah Swt berfirman, ”Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu amal lebih Aku sukai daripada jika ia mengerjakan amal yang Kuwajibkan kepadanya. Hamba-Ku selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya, sebagai tangan yang ia memukul dengannya, sebagai kaki yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepada-Ku pasti Ku-beri dan jika ia minta perlindungan kepada-Ku pasti Aku lindungi.” (Riwayat Bukhari)
Dua buah Hadis Qudsi di atas menjelaskan betapa dekatnya Allah dengan hamba-Nya yang mau mendekat kepada-Nya. Bahkan kedekatan Allah kepada hamba-Nya, lebih dekat dari kedekatan hamba-Nya kepada-Nya.
Dalam salah satu ayat-Nya, Allah Swt menegaskan, “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat nadinya.” (Q.S. Qaf: 16). Sungguh, Allah begitu dekat dengan kita, Ia Maha dekat.
Ironisnya, kita sering menganggap bahwa Allah jauh dari kehidupan kita. Kita sering mempertanyakan keberadaan-Nya, terutama ketika beragam ujian dan cobaan datang menimpa kita.
Ketika tengah dirundung kemalangan, ditimpa musibah, didera pelbagai persoalan hidup, seringkali kita menganggap Allah tidak sayang kepada kita. Tidak jarang kita menganggap Allah begitu jauh dan tidak memedulikan kita. Bahkan, sadar atau tidak kita sering mempertanyakan keadilan Allah. Kita menganggap bahwa selama ini doa yang kita panjatkan tidak pernah dikabulkan oleh-Nya. Kita merasa bahwa Allah jauh dari kehidupan kita, sehingga tidak menghiraukan segala persoalan yang tengah kita hadapi.
Anggapan ini tentu sama sekali tidak berdasar. Karena kalau kita mau jujur pada diri sendiri, sesungguhnya bukan Allah yang menjauh dari kita, tetapi kitalah yang menjauh dan menjaga jarak dengan-Nya.
Perilaku buruk serta perbuatan tidak terpuji yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari itulah yang menjauhkan kita dari Allah. Semakin sering kita melakukan maksiat kepada-Nya, semakin jauh jarak kita dengan Allah. Semakin kita bergelimang dosa, semakin tebaal dinding pemisah antara kita dengan Allah.
Untuk dapat mendekat kepada-Nya, maka kita perlu membersihkan kotoran-kotoran dalam diri kita. Kita hilangkan noda-noda dosa dalam diri kita dengan kembali (bertaubat) kepada-Nya. Hanya dengan membersihkan jiwa kita dari dosa dan kembali kepada-Nya, kita dapat dekat dengan-Nya.
Semakin sedikit kotoran berupa dosa dalam diri kita, semakin kita dekat dengan-Nya. Jika kita sudah dekat dengan-Nya, maka Allah pun akan lebih dekat dengan kita.
- Masjid Al-Muhajirin Banjaratma, Ahad, 14 Januari 2024.