Santri Tunanetra Ini Mampu Hafalkan 30 Juz Alquran

1

Jakarta, Harianjateng.com – Pesantren Darunnajah Jakarta menggelar kembali Musabaqoh Hifzhul Qur’an yang ke 3 Antar Pondok Pesantren se – Indonesia, kegiatan ini terselenggara dari hasil kerjasama Pesantren Darunnajah dengan Lembaga pendidikan alqur’an, Doha, Qatar. Peserta acara ini berasal dari seluruh kota Indonesia berjumlah sebanyak 426 hafidz dan hafidzoh.

Keterbatasan fisik tidak menghalangi semangat Isyroqi Nur Muhammad Limi’roji, santri asal Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah, Mojokerto untuk mengikuti perlombaan Musabaqoh Hifzhul Qur’an Tingkat Nasional ke – 3 di Pondok Pesantren Darunnajah jakarta.

Santri penyandang Tunanetra berusia 17 tahun yang kini masih duduk di kelas 3 Aliyah itu semenjak kecil memiliki cita-cita untuk menjadi seperti ayahnya yang dulunya juga seorang hafiz. Selain cita-cita tersebut wasiat sang ayah sebelum meninggal agar ia menjadi seorang penghafal al-qur’an semakin menumbuhkan semangatnya untuk menjadi seorang penghafal al-qur’an.

“Saya mulai menghafal al-qur’an ketika saya berumur 8 tahun dan alhamdulilah selesai di umur 13. Saya ingin mengamalkan wasiat ayah saya yang telah berpulang ke rahmatullah terlebih dahulu. Saya ingin menjadi seorang hafiz seperti almarhum ayah saya yang juga seorang hafiz. Dulu almarhum pernah menjadi juara tahfiz di Jakarta,” kata Isyroqi.

Perjuangannya untuk mampu menghafal al-qur’an tidaklah mudah. Metode yang ia tempuh untuk menghafal al-qur’an menggunakan metode sima’ah. Ia harus mendengarkan ibunya membacakan kalimat per kalimat ayat – ayat al-qur’an. Ia juga menggunakan rekaman suara untuk menghafalkan ayat-ayatnya. Bahkan ia sampai menangis saat sang ibu tetap memaksanya ketika ia sedang malas menghafal.

“Ketika pertama kali saya membaca al-qur’an, saya harus mendengarkan ibu saya ketika beliau mendiktekan kepada saya kalimat per kalimat ayat – ayat alqur’an. Saya juga menggunhakan rekaman suara untuk menghafal. Ketika saya sedang malas-malasnya, ibu tetap memaksa saya untuk tetap menghafal, hingga akhirnya saya menghafalkan al-qur’an sambil menangis,” lanjut Isyroqi.

Isyroqi berpesan kepada generasi penerus bangsa untuk selalu bersemangat dalam menghafal al-qur’an dan selalu mengimbangi antara usaha dan do’a. Di akhir perkataannya. Ia juga berpesan agar bukan hanya sekedar menghafal tapi juga lancar dalam menghafal.

“Saya berpesan agar mereka selalu bersemangat dalam menghafal qur’an, jangan mudah menyerah, dan imbangi selalu antara usaha dan do’a, serta usahakan bukan hanya sekadar menghafal, namun juga lancar dalam menghafalkan al-qur’an,” tukas Isyroqi. (Red-HJ99/hms).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here