Tradisi Unik Khas Demak, Ritual Selametan Kapal

0

Oleh Nurma Zuafa

Tradisi unik khas Demak, Jawa Tengah salah satunya dalah selamaten kapal. Masyarakat pesisir demak memiliki ciri khas sendiri dalam melakukan upacara adat yang bertujuan untuk menjaga keselamatan kapal. Keunikan dan kekhasan tersebut yang menjadi  identitas dari daerah pesisir morodemak tersebut. Perbedaan ciri khas tersebut muncul karena beberapa sebab di antaranya latar belakang agama, adat istiadat, dan warisan turun-temurun dari nenek moyang.

Upacara selametan merupakan salah satu tradisi yang dianggap dapat menjauhkan dari malapetaka. Slametan adalah konsep Universal yang setiap tempat pasti ada dengan nama yang berbeda. Slametan adalah upacara doa bersama dengan seorang pemimpin atau moden dan kemudian diteruskan dengan makan-makan bersama sekedarnya dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Allah yang maha kuasa.

Selametan juga sering terjadi di masyarakat margolinduk Bonang demak diantaranya hal yang berkaitan dengan kehidupan contoh : khitanan, pernikhaan, dan kematian. Dan juga di lakukan pada kejadian yang tidak biasa misalnya berangkat Haji, pindah rumah, mengubah nama, kesembuhan penyakit dan lain-lain.

Selemetan juga tidak hanya dilakukan untuk menjaga keselamatan badan saja, tetapi juga selametan untuk benda-benda yang dianggapnya penting. Seperti yang dilakukan oleh sebagaian besar warga pesisir morodemak yaitu dengan melakukan selametan untuk kapal para nelayan. Di harapkan dengan slametan itu dapat memberikan keselamatan bagi para nelayan dan juga kapal mereka.

Warga masyarakat Margolinduk Bonang Demak memiliki waktu-waktu tersendiri dalam melaksanakan selametan untuk kapal mereka. Diantaranya adalah ketika kapal baru selesai dibuat oleh pemiliknya, ketika datangnya gerhana bulan, ketika lebaran, ketika pertama kali hendak melaut, dan masih banyak yang lainnya. Mengenai penjelasan tentang ritual-ritual dalam selametan kapal dilakukan ketika momen tertentu

Pertama, Kapal Baru (tradisinya berupa Manakiban dan Udik-Udian an).
Bagi masyarakat nelayan di Margolinduk Bonang Demak adalah hal yang wajar melakukan selametan ketika mereka mempunyai kapal baru. Biasanya mereka membuat kapal sendiri dengan dibantu oleh tukang, mereka biasa menyebutnya dengan “galang kapal”. Setelah kapal sudah jadi ada beberapa ritual-ritual selametan yaitu dengan mengaji bersama (manakhiban) yang dipimpin oleh moden dengan makanannya ayam ingkung. Tidak hanya ayam ingkung tetapi juga ada buah-buahan dan juga jajanan pasar yang berjumlah tujuh (dadapasar). Selain itu ada juga udik-udikan atau bisa disebut sedekah.

Sedekah ini bisa dibilang unik, unik karena unik-udikan ini menggunakan uang recek seperti 100,200,500, dan 1000 dan uangnya di tabur ditenggah jalan. Biasanya uang recehan tersebut dicampur dengan sedikit beras kemudian beri parutan kunir. Ritual-ritual ini bertujuan untuk memberikan keselamatan bagi kapal juga kepada pemilik kapal itu sendiri.

Kedua, Gerhana Bulan (tradisinya berupa memasak sego kepyar).
Pada saat gerhana bulan, orang-orang zaman dulu percaya kalau gerhana bulan akan memakan barang-barang mereka maka harus di bangunkan sebelum barang-barang tersebut dimakan gerhana termasuk kapal-kapal. Dalam kaitan dengan ritual selametan kapal adalah para pemilik kapal harus membuat makanan yang disebut segokepyar. Kemudian segokepyar tersebut di tabur di atas genteng.

Ketiga, Lebaran (tradisinya berupa bancaan sego docang dan membuat kalung dari daun pandan).
Setelah selesai melaksanakan ibadah sholat Idul Adha biasanya orang-orang yang mempunyai kapal membuat kalung dari daun pandan untuk dikalungkan pada kapalnya masing-masing. Dan juga para ibu-ibu membuat nasi yang biasa tersebut nasi docang, untuk dimakan bersama-sama di kapal mereka.

Keempat, Melaut dalam waktu satu bulan (tradisinya berupa siraman kapal).
Kebiasaan masyarakat margolinduk dari nenek moyang adalah melaut pada tanggal muda dan tanggal tua (kalender jawa), dan tidak melaut pada pertenggahan tanggal padang bulan (bulan purnama). Setelah padang bulan atau sudah lama tidak melaut ada ritual menyiaram kapal dengan air yang berisi doa dari kyai. Akan tetapi tidak semua kapal melakukan ritual seperti itu hanya orang-orang tertentu yang meyakini hal tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here